MAKALAH
(Hakikat
Ilmu)
Disusun Oleh Kelompok I :
Ardiansyah
Agreini
lisa
Akbar Tanjung
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Jurusan Ilmu Pemerintahan
Ruangan IP D
Universitas
Muhammadiyah Makassar
PENDAHULUAN
A.
Rumusan
Masalah
Hakikat ilmu merupakan objek kajian
filsafat ilmu yang didasari oleh tiga pertanyaan yang ditinjau dari segi
ontologi, epistimologi, dan axiologi. Berpikir mencirikan hakikat manusia dan
karena berpikirlah dia menjadi manusia. Berpikir pada dasarnya merupakan sebuah
proses yang membuahkan pengetahuan atau pun ilmu. Pengetahuan adalah produk
kegiatan berpikir. Banyak yang mengatakan ilmu dan pengetahuan itu sama, namun
pemahaman tersebut jelas tidak benar. Ilmu adalah bagian dari pengetahuan yang
memilki cirri-ciri tertentu, yaitu bersifat rasional dan empiris.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
ilmu adalah pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem
menurut metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala tertentu
di bidang (pengetahuan) itu. Ilmu merupakan buah pemikiran manusia dalam
menjawab pertanyaan-pertanyaan. Ilmu merupakan bagian dari pengetahuan yang
terdapat dalam kehidupan manusia. Manusia tentu tidak hanya membutuhkan ilmu,
akan tetapi hal lain yang terkait dalam kehidupan yaitu falsafah, seni, dan
agamanya. Sejalan dengan yang dikemukakan Enstein “ilmu tanpa agama adalah
buta” sedangkan “agama tanpa ilmu adalah lumpuh”.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Menjelaskan tentang apa itu ilmu dan falsafah ?
2. Dapat
menjelaskan tentang Dasar Ontologi Ilmu ?
3. Dapat menjelaskan tentang Dasar Epistimologi Ilmu dan metodenya ?
4. Dapat menjelaskan tentang Dasar Axiologi Ilmu ?
HAKIKAT ILMU
A. Ilmu dan Falsafah
Berpikir mencirikan hakikat manusia
dan karena berpikirlah dia menjadi manusia. Berpikir pada dasarnya merupakan
sebuah proses yang membuahkan pengetahuan atau pun ilmu. Pengetahuan adalah
produk kegiatan berpikir. Banyak yang mengatakan ilmu dan pengetahuan itu sama,
namun pemahaman tersebut jelas tidak benar. Ilmu adalah bagian dari pengetahuan
yang memilki cirri-ciri tertentu, yaitu bersifat rasional dan empiris.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
ilmu adalah pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem
menurut metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala tertentu
di bidang (pengetahuan) itu. Ilmu merupakan buah pemikiran manusia dalam
menjawab pertanyaan-pertanyaan. Ilmu merupakan bagian dari pengetahuan yang
terdapat dalam kehidupan manusia. Manusia tentu tidak hanya membutuhkan ilmu,
akan tetapi hal lain yang terkait dalam kehidupan yaitu falsafah, seni, dan
agamanya. Sejalan dengan yang dikemukakan Enstein “ilmu tanpa agama adalah
buta” sedangkan “agama tanpa ilmu adalah lumpuh”.
Falsafah diartikan sebagai
suatu cara berpikir yang radikal dan menyeluruh, suatu cara berpikir yang
mengupas sesuatau sedalam-dalamnya (Suriasumantri, 1999:4). Filsafat Ilmu
merupakan bagian dari Epistemologi (filsafat pengetahuan) yang secara spesifik
mengkaji hakikat ilmu (pengetahuan ilmiah). Filsafat ilmu merupakan telaah kefilsafatan
yang ingin menjawab pertanyaan mengenai hakikat ilmu, yang ditinjau dari segi
ontologis, epistemelogis maupun aksiologisnya. Falsafah menanyakan segala
sesuatu dari kegiatan berpikir kita dari awal sampai akhir seperti dinyatakan
oleh Socrates, bahwa tugas falsafah yang sebenarnya bukanlah menjawab
pertanyaan kita namun mempersoalkan jawaban yang diberikan. Pada hakikatnya
upaya manusia dalam memperoleh pengetahuan didasarkan pada tiga masalah pokok,
apakah yang ingin kita ketahui? (ontologi), bagaimana cara kita memperoleh
pengetahuan? (epistimologi), dan apakah nilai pengetahuan tersebut bagi kita?
(aksiologi). Ontologi membahas tentang apa yang ingin kita ketahui, seberapa
jauh kita ingin tahu, atau, dengan perkataan lain, suatu pengkajian mengenai
teori tentang “ada”. Epistemologi yaitu teori pengetahuan, bagaimana cara kita
mendapatkan pengetahuan mengenai obyek tersebut. Selanjutnya axiologi yakni
teori tentang nilai. Dan analisis kefalsafahan ditinjau dari tiga landasan
tersebut.
B. Dasar Ontologi Ilmu
Ontologi ilmu berdasar pada
pertanyaan apa yang menjadi bidang telaah ilmu? atau apa yang ingin diketahui
oleh ilmu? Ilmu berorientasi pada dunia empiris, sehingga ilmu membatasi diri
hanya kepada kejadian empiris saja. Objek penelaahan ilmu mencakup seluruh
aspek kehidupan manusia yang dapat ditinjau oleh panca indera manusia.
Ilmu mempunyai tiga asumsi mengenai
obyek empiris. Asumsi pertama menganggap obyek-obyek tertentu mempunyai
keserupaan satu sama lain, seperti halnya bentuk, struktur, sifat, dan
sebagainya. Pendekatan keilmuan yang pertama terhadap obyek-obyek yang
ditelaahnya dan taxonomi merupakan cabang keilmuan yang pertama kali
berkembang. Konsep ilmu yang lebih dalam seperti konsep perbandingan
(komparatif) dan kuantitatif hanya dimungkinkan dengan adanya taxonomi yang
baik.
Asumsi kedua adalah anggapan
bahwa suatu benda tidak mengalami perubahan dalam jangka waktu tertentu.
Kegiatan keilmuan ini mempelajari tingkah laku suatu obyek dlam suatu keadaan
tertentu. Ilmu dalam hal ini hanya menuntut adanya kelestarian yang relatif –
sifat-sifat pokok dari suatu benda tidak berubah dalam jangka waktu tertentu.
Dalam asumsi ini dapat disimpulkan bahwa benda-benda dalam jangka panjang akan
mengalami perubahan dalam jangka waktu yang berbeda-beda untuk tiap benda.
Asumsi yang ketiga adalah
determinisme. Dalam hal ini tiap gejala bukan merupakan suatu kejadia yang
bersifat kebetulan. Ilmu tidak meuntut adanya hubungan sebab-akibat yang mutlak
sehingga suatu kejadian tertentu harus selalu diikuti oleh suatu kejadian yang
lain. Ilmu tidak mengemukakan bahwa X selalu mengakibatkan Y, melainkan
mengatakan bahwa X mempunyai kemungkinan (peluang) yang besar untuk
mengakibatkan terjadinya Y.
Tiap gejala mempunyai pola tertentu
yang bersifat tetap dengan urutan kejadian yang sama. Semua teori keilmuan
memiliki asumsi ini, baik yang dinyatakan dengan tersurat maupun yang tercakup
secara tersirat. Asumsi-asumsi tersebut melandasi penarikan kesimpulan
C. Dasar Epistimologi Ilmu
Epistemologi dipandang sebagi teori
mengenai pengetahuan (the theory of kenowledge) atau bagian dari kajian
filsafat yang spesialisasi membidani kajian mengenai segala hal yang terkait
dengan ilmu pengetahuan, seperti tabiat, landasan, sifat, jenisnya, asal mula,
objek, struktur, cara, proses, ukuran atau validitas pengetahuan (Kamus
Filsafat)
Epistimologi atau teori pengetahuan,
membahas secara mendalam segenap proses yang terlihat dalam usaha manusia untuk
memperoleh pengetahuan. ilmu adalah pengetahuan yang diperoleh dengan
menerapkan metode keilmuan. Ilmu merupakan sebagian dari pengetahuan, yakni
pengetahuan yang memiliki sifat-sifat tertentu, maka ilmu dapat juga disebut
pengetahuan keilmuan.
Ditinjau dari pengetahuan ini, ilmu
lebih bersifat kegiatan daripada sekedar produk yang siap dikonsumsikan.
Kegiatan ilmu juga dinamis dan tidak statis. Kegiatan dalam mencari pengetahuan
tentang apa pun, selama hal itu terbatas pada obyek empiris dan pengetahuan
tersebut diperoleh dengan mempergunakan metode keilmuan.
1. Metode Keilmuan
Ditinjau
dari cara berpikir manusia, terdapat dua pola dalam memperoleh pengetahuan,
yang pertama adalah berpikir secara rasional, di mana berdasarkan paham
rasionalisme ini ide tentang kebenaran sudah ada. Ide tentang kebenaran yang
menjadi dasar bagi pengetahuan diperoleh lewat berpikri secara rasional,
terlepas dari pengalaman manusia. Kedua adalah pola pikir empirisme.
Menurut mereka pengetahuan harus diperoleh dari pengalaman. Lalu berkembanglah
apa yang dinamakan pola berfikir empiris.
Metode
keilmuan adalah gabungan antara pendekatan rasional dan empiris. Rasionalisme
memberikan kerangka pemikiran yang koheren dan logis sedangkan empirisme
kerangka pengujian dalam memastikan suatu kebenaran. Jadi dapat disimpulkan
dari penjelasan ini bahwa salah satu aspek dari kegiatan keilmuan adalah
menyusun konsep penjelasan atau berpikir secara teoritis. Pemikiran teoritis
ini bersifat deduktif dan pada dasarnya merupakan suatu proses berpikir yang
logis dan sistematis.
2. Kelebihan dan Kekurangan Berpikir
secara Keilmuan
Kelebihan ilmu terletak pada
pengetahuan yang tersusun secara logis dan sistematis serta telah teruji
kebenarannya. Proses penilaian yang terus-menerus ini mengembangkan suatu
mekanisme yang bersifat memperbaiki diri. Mekanisme ini dimungkinkan dengan
adanya karakteristik ilmu yang lain, yakni bersifat terbuka dan tersurat
(eksplisit). Kegiatan keilmuan dilakukan dengan cara terbuka sehingga semua
pihak mengetahui keseluruhn proses yang dilakukan. Pengungkapan ini
dilakukan secara tersurat dengan mempergunakan berbagai media yang
tersedia dalam komunikasi keilmuan. Ilmu bersifat kumulatif (ilmu berkembang
dengan sangat pesat dan waktu relatif singkat).
Kekurangan bersumber pada asumsi
landasan epistimologi ilmu, yaitu memeroleh pengetahuan bertumpu pada persepsi,
ingatan, dan penalaran. Ketiga hal tersebut memiliki kelemahan.
Pancaindra yang diandalkan oleh persepsi amatlah tidak sempurna, begitupun
ingatan yang kurang bisa dipercaya, serta cara penalarana dalam suatu
kesimpulan jelas sekali memiliki kelemahan. Kekurangan lain terlihat pada
penjelajahan ilmu secara ontologis yang membatasi diri pada gejala-gejala
empiris. Aspek kehidupan manusia amatlah kompleks dan tidak semata bersifat
empiris. Intinya masih banyk hal-hal yang tidak bisa terjangkau oleh kegiatan
keilmuan.
3. Beberapa Konsep Dalam Ilmu
Proses untuk mendapatkan pengetahuan
keilmuam dalam semua bidang ilmu adalah sama. Metode yang dipergunakan adalah
metode keilmuan yang sama. Dalam objek yang ditelaah dalam ilmu-ilmu alam dan
ilmu-ilmu sosial tidak terdapat perbedaan yang mendasar yang dalam hal ini
menyebabkan pemgembangan teknik-teknik yang berbeda sesuai bidang yang
dihadapinya. Namun, teknik-teknik tersebut dikembangkan dalam rangka
melaksanakan metode keilmuan yang sama.
Konsep kegiatan keilmuan terbagi
dalam dua sudut pandang, yaitu, induksi dan deduksi. Induksi adalah suatu cara
pengambilan keputusan di mana kita menarik kesimpulan yang bersifat umum dari
kasus-kasus individual. Dalam membantu kita menarik kesimpulan umum adalah
dengan statistika. Statistika merupakan alat atau metode yang terlibat dalam
proses induktif dari kegiatan keilmuan. Ilmu induktif merupakan penyelesaian
masalah didasarkan atas pengalaman indrawi atau empiris, contoh ilmu
alam.
Konsep dalam kegiatan keilmuan
deduksi adalah sebuah proses menarik kesimpulan yang bersifat individual dari
pernyataan yang bersifat umum. Deduksi merupakan suatu proses penarikan
kesimpulan dari pernyataan-pernyataan yang kebenarannya telah diketahui. Dalam
menarik kesimpulan secara deduksi maka logikalah yang memegang peranan penting.
Ilmu deduktif merupakan penyelesaian masalah yang dihadapi dengan cara
penjabaran bukan atas pengalaman indrawi, contohnya adalah Matematika.
4. Kegiatan Keilmuan sebagai Sebuah
Proses
Kegiatan keilmuan sebagai sebuah
proses merupakan suatu aktivitas penenlitian yang rasional, kognitif dan
bertujuan (Pandia: 38). Pada dasarnya kegiatan keilmuan berangkat dari suatu
masalah yang kemudian dicari pemecahannya. Dalam kegiatan keilmuan dikenal
dengan dua bentuk masalah yaitu masalah yang belum pernah diselidiki sebelumnya
sehingga jawaban permasalahan tersebut merupakan pengetahuan baru. Bentuk kedua
adalah suatu masalah yang berupa konsekwensi praktis dari pengetahuan yang
telah diketahui sebelumnya. Penelitian dalam bentuk pertama disebut ilmu murni
sedangkan pada bentuk kedua disebut ilmu terapan. Kegiatan keilmuan dapat
dibagi menjadi empat langkah, yaitu perumusan masalah, penyusunan hipotesis,
deduksi dari hipotesis, dan pengujian. Keempat langkah ini harus dilalui agar
penelaahan dapat menghasilkan pengetahuan keilmuan.
Masalah adalah sebuah pertanyaan dan
setiap pertanyaan mengundang sebuah jawaban. Untuk memeroleh jawaban yang tepat
maka dibutuhkan perumusan masalah yang baik karena perumusan masalah merupakan
titik tolak dari seluruh kegiatan keilmuan yang akan dilakukan. Tujuan
penelaahan keilmuan adalah mencari pengetahuan yang merupakan milik umum.
Jawaban yang diberikan atas suatu masalah merupakan milik publik yang kemudian
akan dipergunakan dalam kehidupan mereka. Oleh sebab itu, persyaratan pertama
adalah penafsiran yang sama terhadap masalah yang sedang dihadapi.
Setelah merumuskan masalah kegiatan
keilmuan yang kedua adalah penyusunan hipotesis. Hipotesis merupakan dugaan
mengenai hubungan antara faktor-faktor yang terlibat dalam suatu masalah.
Dugaan ini memungkinkan kita untuk menjelaskan hakikat suatu gejala.
Selanjutnya fakta-fakta diturunkan secara deduktif, deduksi yang
menghasilkan konsekuensi logis dari pernyataan yang diajukan. Mengumpulkan
fakta-fakta untuk mensyahkan kesimpulan sangat penting untuk mengetahui
faktor-faktor lain dalam suatu permasalahan.
Kegiatan keilmuan selanjutnya
ialah penyusunan dan pengujian teori. Teori disusun sebagai kerangka pemikiran
yang menjelaskan struktur hubungan antara faktor-faktor yang terlibat dalam
suatu masalah. Teori yang diajukan sama halnya dengan sebuah hipotesis yang
kemudian harus diuji secara empiris agar dapat disyahkan kebenarannya secara
keilmuan. Pengujian ini dilakukan dengan mendeduksikan konsekuensi dari
hipotesis tersebut dan kemudian memeriksa apakah konsekuensi ini memang
terdapat atau tidak.
D. Dasar Axiologi Ilmu
Aksiologi diartikan sebagai
teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh.
Francis Bacon mengemukakan pengetahuan adalah kekuasaan. Apakah
kekuasaan itu akan merupakan berkat atau malapetaka bagi umat manusia, semua
itu terletak pada orang yang menggunakan kekuasaan tersebut.
Ilmu bersifat netral, ilmu tidak
mengenal sifat baik atau buruk, dan si pemilik pengetahuan itulah yang harus
mempunyai sikap. Jalan mana yang akan ditempuh dalam memanfaatkan kekuasaan
yang besar itu terletak pada sistem nilai si pemilik pengetahuan tersebut.
Namun netralitas ilmu hanya terletak pada dasar epistemologisnya saja,
sedangkan secara ontologis dan axiologis, ilmuwan harus mampu menilai antara
yang baik dan yang buruk, yang pada hakikatnya mengharuskan dia menentukan
sikap. Kekuasan ilmu yang besar mengharuskan seorang ilmuawan mempunya landasan
moral yang kuat, jangan sampai seorang pendidik hanya memiliki kepintaran atau
otak yang besar namun tidak memiliki jiwa yang besar.
KESIMPULAN
- Hakikat ilmu merupakan objek kajian filsafat ilmu yang didasari oleh tiga pertanyaan yang ditinjau dari segi ontologi, epistimologi, dan axiologi.
·
Ilmu
mempunyai tiga asumsi mengenai obyek empiris.
o
Asumsi
pertama menganggap obyek-obyek tertentu mempunyai keserupaan satu sama
lain, seperti halnya bentuk, struktur, sifat, dan sebagainya.
o
Asumsi
kedua adalah anggapan bahwa suatu benda tidak mengalami perubahan dalam
jangka waktu tertentu.
o
Asumsi
yang ketiga adalah determinisme. Dalam hal ini tiap gejala bukan
merupakan suatu kejadia yang bersifat kebetulan.
- Metode keilmuan adalah gabungan antara pendekatan rasional dan empiris. Rasionalisme memberikan kerangka pemikiran yang koheren dan logis sedangkan empirisme kerangka pengujian dalam memastikan suatu kebenaran.
DAFTAR PUSTAKA
Pandia,
Wisma. Makalah: Filsafat Ilmu. Sekolah Tinggi Theologi Injili Philadelphia.
Suriasumantri,
S. Jujun. 1999. Ilmu dalam Perspektif. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
_________________.
2010. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: PT Peneba Swadaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar